Green travel tips : Get local!

10
Kalau waktu itu gak dianter warga lokal, mungkin gak nemu pantai ini waktu di Ujung Genteng, hehe.
Kalau waktu itu gak dianter warga lokal, mungkin gak nemu pantai ini waktu di Ujung Genteng, hehe.

Setiap perjalanan, saya selalu berusaha untuk memakai konsep green travel, atau sustainable traveling, bahasa Indonesianya : wisata yang berkelanjutan.

Green travel sebetulnya tak melulu hanya memperhatikan kelestarian lingkungan hidup – kurangi menggunakan kendaraan ataupun tak memasuki daerah cagar alam – adalah contoh yang sering kita dengar.

Ada konsep yang sama pentingnya dengan itu, yang kadang terlupakan : Get local!

Jadi, mengapa memangnya kita harus melibatkan warga lokal untuk setiap perjalanan kita? Ini beberapa alasannya :

1. Lebih dari sekedar turis

Dulu, saya adala tipe turis yang lebih suka menjelajah dengan menggunakan lonely planet. Lama kelamaan, saya tersadar bahwa saya hanya sedang menjelajahi buku itu, bukan menjelajahi tempat yang sebenarnya.

Cobalah ngobrol-ngobrol dengan warga lokal, kita pasti akan terkejut dengan rekomendasi mereka. Tempat-tempat, makanan, ataupun kegiatan yang mungkin nggak ada di buku panduan ataupun pencarian google, kemungkinan besar bisa kita temui!

Waktu melakukan perjalanan seorang diri ke Ujung Genteng, saya sempat berbincang dengan seorang nelayan. Sesaat setelah itu, dia malah mengajak saya menginap di rumahnya. Beruntung, saya jadi sempat merasakan bagaimana hidup di desa nelayan yang bisa dibilang masih jauh dari sejahtera. Ikan apa saja yang sering mereka makan, bagaimana mereka mengolahnya, dan tentu saja; tempat-tempat photogenic yang masih jarang didatangi orang dimana hanya warga lokal yang tahu.

Mereka dengan senang hati akan mengantarkan kita.

Pengalaman dengan warga lokal ini yang membuat perjalanan kita berbeda. Kita menjadi melihat dari dalam, lebih bearti dari pada sekedar melihat dari sisi luar sebagai turis biasa. Seperti yang biasa dilakukan oleh komunitas withlocal yang sudah banyak di Bali.

2. Memajukan Ekonomi Lokal

Saya juga selalu memastikan uang yang saya keluarkan saat traveling masuk ke kantong yang seharusnya. Misalnya saja saat memilih penginapan, pastikan penginapan tersebut adalah milik warga lokal. Atau kalaupun tak ada, pastikan juga mereka menggunakan karyawan lokal di penginapan tersebut.

Sama halnya juga ketika memilih tour operator ataupun membeli makanan.

Bicara tentang makanan, tentu kita sebagai pejalan ingin mencicipi menu lokal bukan? Jauh-jauh ke maluku utara, masa masih mau makan ayam goreng? Jauh-jauh ke Palembang, masa masih saja nyari McD? Nggak cari restoran pempek legendaris disana?

Roam like a tourist, but act like a local :)

Dengan begitu kita telah memajukan ekonomi lokal dan secara tak langsung melestarikan mahakarya mereka.

If you are lucky enough, you can get invited to attend a local chef competition, and eat all you want :))
If you are lucky enough, you can get invited to attend a local cooking competition, and eat all you want :))

 3. Belajar dari  kearifan lokal

Makin sering kita melakukan perjalanan, kita akan makin belajar untuk menerima perbedaan. Setidaknya itu yang saya pelajari.

Ketika mendengar suatu suku di pedalaman jawa barat yang tak mau menerima ‘teknologi’, mungkin kita hanya bisa mencibir. Tapi, ketika kita sudah masuk ke dalam kehidupan mereka, kita pun akan tersenyum menerima kearifan yang mereka jaga.

Saat traveling, meleburlah dengan budaya lokal. Pelajari beberapa dasar bahasa lokal seperti menyebutkan salam dan terima kasih. Mereka akan sangat senang sekali ketika kita mencoba bahasa mereka, salah satu tips untuk mencarikan suasana hehe.

Actually i have an eargasm when hear local people talk each other in their language!

So, sudah siap membaur dengan warga lokal saat traveling?

Happy green travels!

[adv]

10 COMMENTS

  1. Aku suka nya mmg berbaur kakak, nebeng nginep + numpang makan gratis. Tapi seriusan dengan berbaur dengan warga lokal banyak ilmu yg bisa kita ambil, salah satu nya syukur akan kehidupan yg diberikan Tuhan :-)
    Ah jadi kangen kelayapan lagi

  2. Aku sih mau gak mau pasti ngobrol dengan penduduk karena nyaris setiap jalan gak pernah bawa peta atau buku asli cuma semangat ngacir jalan… dan memang ngobrol sama penduduk itu jadi keasyikan tersendiri

  3. Setuju Banget dengan pendapat tulisan di atas..berbaurlah dengan Locals. pengalaman pribadi ne..saat saya jalan-jalan ke suatu daerah yang belum ku kenal, saya ngobrol dengan mereka. bahkan saya bisa mendengar curhatan mereka. dari curhatan-curhatan mereka akhirnya rombongan kami memberikan sedikit rejeki kepada mereka. tak banyak tapi membahagikan.. backpackeran itu ngak selalu menerima tp juga memberi…

  4. Mau nanya, Wir..
    Kalo biasanya nginep di rumah penduduk lokal, dikau ngasih ‘kompensasi’ nggak?
    Misalkan tanpa diminta pun, dirimu ngasih apa kek, atau duit mungkin? Terus terang aku nggak pernah ‘numpang’ di tempat warga, tapi penasaran dan pengen. Cuman sering mikir dan bingung, kalau mau ngasih dikiranya ntar gimana gitu. Takut mereka tersinggung..
    Thanks :D

    • Hmmmm biasanya sih ngasih, soalnya gak enak juga (enak sih sebenernya haha). Tapi liat-liat dulu aja kondisinya kayak gimana. Pernah juga nggak ngasih duit tapi ngasih barang, semacem kenang2an lah gitu hehe.

  5. Hallo mas Wira..
    Foto dan ceritanya luar biasa.
    Baca-baca tertarik ke asia dan nyari teman? Eh teman jalan mksdnya. Hehe… Mau join awal march ini? Jajal cambodia-thai-laos for 2 weeks?

    Salam kenal dlu :)
    @ivypuppy
    [Maksudnya ivy suka puppy ;) ]

    • Halo mba ivy,

      Iya, saya tertarik ke asia tenggara, tapi kayaknya nggak bulan maret juga hehe. Pengennya sebulan gitu :))

      Btw trims ajakannya ya.

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')