Keajaiban dari Rinjani

11

Seperti mimpi rasanya, saya telah menginjakan kaki di salah satu tanah tertinggi bumi pertiwi kita ini. Rinjani, saya sudah tidak bisa mengungkapkan keindahannya dengan kata-kata.

Suasana saat penyebrangan pelabuhan Padang Bai (bali) ke Lembar (lombok)

 

Buat saya, memotret landscape adalah sebuah ritual. Ritual untuk menikmati alam ini, mengagumi kuasa-Nya, dan untuk mencoba selalu bersyukur. Dan, memotret di rinjani sekiranya adalah suatu anugrah yang tidak terkira.

Petualangan saya ke Rinjani memakan total waktu 11 hari. Dimulai dari Rabu tanggal 29 Juni 2011. Saya bersama teman-teman (yang belum saya kenal) khyberpass menggunakan bis yang sudah disewa dari Jakarta. Saya mendapatkan info trip ini dari forum kaskus OANC ( outdoor adventure and nature club).

Perjalanan memakan waktu 2 hari 2 malam. Tanggal 1 Juli pagi hari kami baru mencapai pulau lombok. Perjalanan kami menjadi lama karena ada macet di pantura sekitar Brebes.

Saat mendekati pulau Lombok, saya sudah terpesona dengan keindahannya. Beruntung saya mendapat penyebrangan pagi hari, sehingga bisa melihat sunrise di atas kapal. Saya sempat melihat tiga buah pulau Gili dari atas kapal, tapi pas saya bilang ke nahkodanya supaya belok ke gili, saya yang dimarahi hihi.

Sesampainya di lombok, dan setelah melengkapi logistik di pasar Aikmel, kami menuju Desa Sembalun menggunakan truk. Desa sembalun merupakan salah satu jalur masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Saat perjalanan ke sembalun, kami sempat berhenti di Bukit Tiga dara untuk menikmati Sunset. Ada tiga jalur yang bisa dilewati yaitu Sembalun, Senaru, dan Torean. Saya naik melalui Sembalun dan Turun lewat Senaru.

Trek awal sembalun, puncaknya sih udah kelihatan, tapi...

 

Jalur Sembalun lebih panjang, dan didominasi padang savana. Jalur Senaru sedikit lebih pendek, tetapi lebih curam dan berbahaya, serta didominasi hutan. Untuk torean adalah jalur yang paling pendek, tetapi jarang digunakan oleh pendaki. Jalur Torean lebih sering digunakan penduduk langsung menuju danau segara anak untuk memancing.

Keesokan paginya, setelah mendaftar dan membayar tiket masuk, saya memulai langkah saya untuk menelusuri Rinjani. Langkah awal saya agak cepat capek karena saya membawa tas carrier saya yang 85 Liter + tas kamera + tripod. Tetapi setelah beberapa jam berjalan, badan saya sudah bisa menyesuaikan.

Pemandangan jalur sembalun, padang savana yang indah

 

Dari basecamp ke pos 1 dihiasi padang savana yang indah, saya sedikit memotong jalan lewat hutan atas saran penduduk sekitar. Karena bisa menghemat dua jam katanya. Sekitar pukul 11 siang saya sampai di Pos 1. Tetapi yang namanya savana, jarang sekali terdapat pohon, maka saya pun tidak berlama-lama di pos ini karena panas.

Angin padang yang bertiup membuat ilalang-ilalang melambai bagai jutaan rajutan yang begitu indah. Ini baru awal pendakian, tetapi sudah sangat indah.

Pos 1 ke pos 2 tidak terlalu jauh, sekitar satu setengah jam berjalan. Saya beruntung kabut mulai turun dan sedikit mengurangi suhu. Di pos 2 terdapat mata air, saya makan siang disini. Makan siang modal sendok alias cuma bawa sendok terus cengar-cengir say hi ke temen yang lagi masak hahaha <— gak modal.

Hampir sampai plawangan sembalun

 

Perjalanan pun dilanjutkan ke Pos 3, makin lama kaki saya makin berat. Entah karena medannya makin naik, atau saya nya yang sudah capek. Saya sampai di Pos 3 sekitar pukul 5 sore, dan membuat camp disini. Disini gak pake babibu saya bangun tenda, masak, solat dan langsung masuk ke sleeping bag.

Pagi hari dilanjutkan perjalanan ke Pos 4. Ini adalah perjalanan yang paling berat, nanjak terus gak pake bonus. Kami melewati perbukitan yang bernama “Lima Bukit Penyiksaan”. Yak, benar-benar nanjak dan  sesuai namanya sangat menyiksa. Ada satu jalur alternatif yaitu “Tujuh Bukit Penyesalan”, tetapi menurut saya keduanya memang membuat tersisksa dan akhirnya menyesal.

Sunset di plawangan sembalun, dengan bendera Indonesia

 

Perjalanan nanjak terus dari sekitar jam 8 pagi berakhir di pos 4 Plawangan sembalun sekitar jam 4 sore. Pemandangan dari plawangan sembalun sangat indah, kita sudah berada di atas awan. Disini hawanya memang lain, sudah terasa benar-benar di alam liar. Bahkan saat angin berhembus pun terdengar jelas suaranya. Ahhh, rasanya saya ingin sekali lompat ke atas awan itu, tapi mengingat di bawahya adalah jurang, gak jadi deh hehe.

Plawangan sembalun adalah pos terakhir sebelum puncak, dengan ketinggian sekitar 2700 mdpl. Puncak Rinjani berada di ketinggian 3726 mdpl. Berarti masih ada sekitar 1 km vertikal, saya jadi malas membayangkannya.

Tanjakan terkahir menuju puncak Rinjani

 

Anyway, saya akan summit attack pas jam 12 malam tepat. Sisa-sisa tenaga saya kumpulkan demi puncak rinjani. Daypack, headlamp, makanan kecil, P3k, air serta doa yang saya bawa. Target saya tepat saat subuh saya sudah di puncak dan mengambil foto dari sana. I have promised someone. Tetapi memang saya yang tidak cukup kuat untuk menaklukan diri sendiri, saya akhrinya sampai puncak jam 7 pagi.

Jalur menuju puncak adalah pasir, mirip seperti di semeru. Disarankan menggunakan penahan pasir di kaki agar tidak masuk ke sepatu, karena sangat tidak nyaman. Jalur ini sangat mengerikan, kiri-kanan langsung jurang menganga lebar. Saya sangat setuju summit attack dimulai malam hari sehingga mental kita tidak down duluan melihat jalurnya.

Sebenarnya, saat tanjakan pasir terakhir saya sudah tidak kuat sama sekali. Ingin sekali turun kebawah. Tetapi saya selalu disemangati oleh orang-orang di sekitar yang bahkan saya tidak kenal. Teriakan-teriakan penyemangat mereka memberi kekuatan kepada saya. Bintang-bintang yang bertaburan di atas juga ikut menyemangati. Bayang-bayang orang yang saya sayangi juga tiba-tiba muncul memberikan kekuatannya.

Break the limit. Itu kata-kata yang selalu ada di pikiran saya. Rinjani mengajarkan saya untuk selalu tidak menyerah dalam keadaan apapun. Langkah demi langkah saya jalani, walaupun terkadang merosot di pasir, yang hanya perlu saya lakukan hanyalah melangkah dan terus berdoa.

Puncak Rinjani, 3726 mdpl

Dan sayapun berada di Puncak Rinjani..

Break the limit. Itu kata-kata yang selalu ada di pikiran saya. Ingin menangis rasaya tapi malu hehe. Setelah bersalaman dengan setiap orang di Puncak dan sedikit berfoto, saya harus turun karena puncak akan panas sekali dan persediaan air pun tinggal sedikit. Saat melihat jalur turun, saya sedikit merinding. Tetapi jika kita telah menemukan iramanya, kita bisa seperti bermain “ski pasir”, asalkan hati-hati jangan sampai terperosok ke jurang.

Narsis dulu di puncak :D

Sesampainya di plawangan sembalun kembali, saya beristirahat sebentar dan bersiap untuk turun ke Danau segara anak. Danau segara anak berada di ketinggian 1700 mdpl. Jalurnya cukup berbahaya, karena banyak sekali bebatuan dan pasir. Hati-hati berpijak disini. Saya berangkat terlalu sore sehingga saya terpaksa membuat camp di tengah jalan. Terlebih lagi ada teman saya yang kakinya cidera dan saya menemukan seorang bapak yang ketinggalan dari rombongannya, bapak ini tidak membawa senter!

Saya membuka camp di dekat jembatan yang ada mata airnya. Disini kami menemukan tim dari lombok yang juga membuka camp sehingga suasana camp agak ramai.

Pagi hari kami melanjutkan ke Danau segara anak, sepanjang perjalanan kami disuguhi view yang luar biasa. Bukit-bukit seperti zaman purbakala di hadapan kami. Imajinasi saya mengatakan kalo ada T-Rex disini pasti bagus. -_-”

Memancing di danau segara anak

Sampai di segara anak, saya masih sangat lelah. Fisik saya sudah mulai drop, ada rombongan saya yang sore harinya langsung ke plawangan senaru, tetapi saya memilih untuk istirahat total hari itu di danau. Dan di danau segara anak ada bonus yang luar biasa, Hot Spring! Ahhh, rasanya luar biasa sekali. Saya hampir berendam disana 2 jam lebih ditemani sama monyet-monyet liar yang ingin mencuri makanan.

Yang paling saya tidak bisa lupakan dari Danau segara anak adalah pada saat sunset. Harus ngeliat sendiri deh! Sinar matahari sore menyinari sebagian perbukitan di sekitar segara anak. Saya merasa seperti bukan di Indonesia. Tetapi ini benar-benar Indonesia bung! What a view. I love Indonesia!

Sunset di Segara anak

Malam hari pun saya tepar, beruntung ada teman satu tenda saya mas Duni yang bisa ngurut, jadi saya bisa sedikit pulih kakinya untuk perjalanan pulang besok. Setelah sedikit bercanda tawa berbagi kehangatan dengan rekan sesama pendaki, it’s time for good night sleep..

Hot Spring alami di Rinjani

Yang namanya turun gunung, pasti turun kan? Tetapi untuk Rinjani, dari Danau segara anak kita harus naik kembali ke plawangan (senaru atau sembalun) selama 4 jam! Baru kemudian turun kembali. Jalur dari segara anak me plawangan senaru agak ekstrim, bahkan beberapa hampir rock climbing. Harus ekstra hati-hati. Gak ada ampun kalo salah langkah.

Untuk perjalanan pulang, saya tidak membuka camp. Saya berangkat sekitar jam 8 pagi, dan sampai di pintu  gerbang senaru jam 10 malam! Perjalanan sangat lama karena badan saya sudah drop dan jadi sering berhenti istirahat.

Disini terjadi sedikit insiden, kami kehabisan air! Saya bersama 6 teman saya kehabisan air, karena entah kenapa sumber mata air di pos 3 dan pos 2 jalur senaru semuanya kering. Padahal menurut info dari atas dan dari porter yang kami tanya ada sumber air disana. Akhirnya kita ditolong tim yang sudah turun duluan, mereka membawakan air dan menunggu di pos 1. Pos 1 sampai gerbang masih sekitar satu jam setenga, tetapi kami sudah tidak kuat dan akhirnya meminta bantuan dari bawah. Fiuh..

Saya pun langsung menaiki truk untuk kembali ke kota mataram.Setelah singgah semalam di rumah seorang rekan, esok harinya saya pun kembali ke Jakarta setelah mampir ke pantai Kuta.

Salah satu sisi Danau

Terima kasih Rinjani, terima kasih atas semua keindahan dan keajaibanmu, terima kasih telah memberikan keyakinan bahwa mimpi-mimpi itu memang dapat kita raih jika kita tidak tidak pernah menyerah, terima kasih buat teman-teman atas kehangatannya, terima kasih Allah telah mengizinkan saya melihat sedikit kuasa-Mu..

Sampai bertemu lagi!

p.s. : kalo kita bertemu lagi nanti saya bawa porter aja yah, capek soalnya :D

Gallery foto landscape bisa dilihat post berikutnya

11 COMMENTS

  1. Makan cuma modal sendok ? malu-maluin aja loe Wir….ha….ha..
    Foto-fotonya keren pisan, terutama yang lagi pegang bendera, terharu ane lihatnya. Btw siapa yang pegang bendera tuh ? sampaikan rasa terimakasihku padanya Wir, Indonesia banget.

    # dua jempol…..

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')