Bertemu dengan si Komo

23
IMG_1377
Komodo Island bird eye’s view

PERLAHAN kapal kami mulai mendekati dermaga Loh Liang. Saya bergidik, sudah lama menantikan untuk menginjakan kaki di tempat tinggal si Komo ini.

Bukit-bukit gersang Flores dengan pohon lontar kesepian bagai benua Afrika selalu membuat saya terkesima. Africa van Indonesia, i’m coming.

“Kotak ini isinya apa mas?” tanya saya kepada mas Agus sambil menunjuk ke sebuah kotak di belakang kapal.

“Ayam,” jawabnya singkat. “Apa? Ayam? Ayam hidup?” tanya saya heran sambil tertawa.

“Iya, ini buat makan siang besok, kita kan nggak ada kulkas jadi bawanya ayam hidup,” mas Agus awak kapal menjelaskan maksud kehadiran unggas ini dikapal. Saya langsung jadi lapar membayangkan ayam ini sudah berubah menjadi kari ayam esok hari hehe.

Tempat snorkling paling kece di kepulauan komodo - Pink Beach
Tempat snorkling paling kece di kepulauan komodo – Pink Beach
Warga Desa Komodo
Warga Desa Komodo

Terlihat komodo sedang membangun dermaga besar. Kabarnya, dermaga tersebut akan digunakan untuk kapal pesiar. Saya bisa membayangkan lima atau sepuluh tahun lagi, Taman nasional Komodo akan menjadi destinasi wisata utama Indonesia! Dengan masuk sebagai salah satu New Seven Wonders of Nature, hal itu tentu bukanlah mustahil.

Berjalan di rumah si Komo

“Do you want to take a short, medium, or long trek?” tanya sang ranger kepada rombongan kami. Tapi yang namanya bule, gak bakalan mau rugi. Waktu sudah menunjukan  tengah hari, dan kami menyusuri pulau Komodo tentunya dengan jalur long trek.

“We finished approximately two hours,” kata sang ranger lagi.

Komodo Trekking
Komodo Trekking

Ranger ini adalah seorang naturalist guide, kebanyakan berasal dari Desa Komodo. Suku Komodo, begitu mereka menyebut dirinya. Mereka percaya Komodo adalah salah satu nenek moyang mereka.

Mereka membawa sebuah tongkat panjang dengan ujung berbentuk huruf Y. Konon, jika komodo mulai bertindak berbahaya, dekatkan saja ujung tongkat ke kepalanya. Maka ia akan merasa sangat terganggu dan menjauh dari kita.

Pulau Komodo benar-benar panas. Tumbuhan didominas pohon lontar dan jarak. Pohon lontar-nya berukuran besar sekali. Ada yang berjenis king lontar palm, pohon-pohon ini menambah nuansa jurrasic dalam perjalanan kami.

“This is really like where the jurrasic park tour started, before they eat us all,” canda Aaron saat kami memulai trekking di pualu Komodo ini.

Pulau komodo dari gili laba
Pulau komodo dari gili laba

Setelah hampir 40 menit berjalan di tengah terik matahari, kami belum juga menemukan komodo satupun. Hanya banyak sekali rusa yang berkeliaran disini. Jangan-jangan ini pulau rusa bukan pulau komodo, batin saya.

“Bulan Juli adalah musim kawin komodo, jadi memang agak sulit menemukan mereka. Mereka bersembunyi di sarangnya. Tapi kalo kita beruntung, kita bisa menemukan mereka sedang berkelahi memperebutkan betina,” jelas sang ranger.

Kami pun mencapai bukit tertinggi di pulau komodo, Sulphrea hill. Dan tiba-tiba ranger berteriak, “Komodo, komodo!” Semua orang tiba-tiba jadi tegang. Terlihat seorang komodo berukuran medium sedang bersantai di bawah pohon. Sangat anggun, nampak kakinya sangat kuat dengan jari-jarinya yang besar, siap mencengkram apapun.

Komodo pertama yang kami temui, maaf, ini cuma crop dari lensa 50mm :D

Dan, sesaat kemudian komodo itu sudah berubah jadi artis terkenal. Semua orang memotret dari berbagai angle. Tetapi dia tetap diam, seperti batu. Tapi, jangan salah, komodo bisa berlari hingga 18 km/jam mengejar mangsanya. Dia memang suka berpura-pura tenang untuk mengelabui mangsanya. Komodo adalah aktor yang hebat.

“At least we found a Komodo Dragon here, even a lazy one,” celetuk mike sambil tertawa.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuruni bukit. Dan tidak satupun komodo lagi yang saya temukan. Kecuali, saat melewati sebuah rumah, yang katanya itu adalah dapur. Kami menemukan empat ekor komodo yang sedang bersantai. Bukan bersantai sebenarnya, mereka mencium bau makanan sehingga terpancing untuk singgah disini.

“This is really like where the jurrasic park tour started, before they eat us all,”

Penciuman komodo sangat tajam, bisa mencapai lima kilometer! Jadi kalau misalnya anda, wanita yang sedang haid, lebih banyak ditunda dulu buat jalan-jalan disini. Kecuali kalau mau dikerubutin komodo-komodo haus darah ini!

The Wilder Rinca Island

“Welcome to Loh Buaya, Rinca Island gate for more wilder adventure,” seorang ranger menyambut kami. Dan uniknya, ranger kami ini masih anak SMK. Ya, ia sedang PKL (praktek kerja lapangan). Valen, ranger kami ini juga berasal dari Desa Komodo, dan saat ini masih bersekolah di sebuah smk jurusan pariwisata di Labuan bajo.

Dermaga Loh Buaya
Disambut Ibu dan Anak di depan Loh Buaya :D

Memang, sejak datang di dermaga Rinca ini kesan wildlife lebih terasa. Saya disambut monyet-monyet liar yang berdiri di pagar dermaga, sambil menggendong anaknya, betul-betul mengundang tawa ekspresi anak monyet ini.

Rinca lebih gersang, lebih banyak perbukitan terbuka disini. Pohon lontar sangat banyak. Dan katanya, komodo disini jauh lebih besar. Karena sumber makanan komodo seperti rusa dan banteng liar juga bertebaran lebih banyak disini.

Rinca island landscape. Love it!

“Is that tourist’s graveyard? Eaten by the Dragon,” kata Aaron setengah bercanda, sambil menunjuk ke papan-papan bernama yang berbaris rapi di tanah. Setelah saya dekati, ternyata itu adalah bibit untuk mangrove, nama yang tercantum adalah nama sang penanam.

Tourist Graveyard by Komodo :p
Penatapan di Rinca
Lonely palm in Rinca

Dan, lagi-lagi, rombongan memilih long trek. Memang teman-teman saya ini sangat bersemangat sekali. Pas di kapal mereka masih pake celana renang dan bikini. Mendarat di Pulau Komodo, langsung berubah jadi seperti mau naik ke Rinjani.

Tidak lama, kami menemukan seorang komodo sedang berjalan di tengah hutan. Setidaknya ia tidak malas seperti yang ada di pulau Komodo. Cara berjalannya sangat anggun, sangat hati-hati, dan sangat percaya diri, seakan ia adalah raja. Tetapi tak lama kemudian ia menghilang di semak-semak.

“We want a big one! Not a smaller one like in Komodo Island,” kata salah satu bule prancis. Si ranger cuma bisa garuk-garuk kepala haha.

Tak lama setelah berjalan kembali, kami menemukan satu lagi komodo. Tapi masih bayi, sangat kecil sekali untuk ukuran komodo. Lebih terlihat seperti biawak daripada Komodo.

penampakan si komodo
baby komodo
santai di bawah dapur

“Komodo itu binatang kanibal, terkadang ia memakan bahkan anaknya sendiri. Yang tadi itu mungkin hanya sekitar 2 tahun, jadi belum berbahaya. Kalo sudah diatas tiga tahun, ia baru bisa menyerang,” jelas Valen

Aahhh, tapi panas disini memang benar-benar panas! Kulit saya yang sudah gosong ini akan berubah jadi seperti apa lagi? Saya jadi malas membayangkannya haha.

Setelah puas membakar diri di Rinca, kapal melanjutkan perjalanan kembali. Kami akan bermalam di perairan pulau Kalong. Disini saya bertemu pak sudirman, seorang penjual souvenir dari desa Komodo, ia bersama anaknya menggunakan sampan ke Pulau Kalong. Saat saya mengutarakan keinginan untuk mengunjungi Desa komodo, ia sangat senang sekali. “Nanti hubungi bapak saja kalau mau main kesana, nginep di rumah bapak bisa,” katanya senang.

Anak penjual souvenir dari Desa Komodo. Mereka pakai sampan! padahal jaraknya cukup jauh lho.
Menunggu sunset di Pulau kalong

Saat matahari tenggelam, ribuan kalong akan terbang berpindah tempat secara bersamaan. Wuih, benar-benar pemandangan yang sangat fantastis. Ditemani semburat oranye di barat sana, saya sangat bersyukur masih bisa menikmati ini semua.

Malam itu kami pun banyak berbincang. Saling menukar email agar masih bisa saling berhubungan. Mereka orang-orang hebat, a real traveler. Ingin rasanya berkeliling dunia setelah banyak mendengar cerita mereka semua.

“Invitation to Netherlands is always open for you,” kata Maarten sambil tersenyum. Saya pun ikut tersenyum.

Cheers!

Tips saat trekking di pulau Komodo

  1. Tetap berjalan bersama ranger dan jangan terpisah dari rombongan. Ranger sudah berpengalaman untuk melindungi para pengunjung dari serangan komodo yang bisa saja terjadi.
  2. Jangan melakukan gerakan tiba-tiba. Hal itu hanya akan memancing komodo.
  3. Bila dikejar komodo, berlariah zig-zag. Walaupun komodo bisa berlari hingga 18 km/jam. Ia tidak bisa mengikuti pola lari yang yang berkelok seperti itu. Segera cari rumah panggung terdekat untuk melindungi diri. Jangan naik ke pohon karena biasanya ada komodo yang masih muda disana! Ia takut dimangsa oleh komodo yang lebih tua sehingga bersembunyi di atas pohon.
  4. Bilang ranger jika ada dalam rombongan ada wanita yang sedang haid untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Komodo bisa mencium darah hingga beberapa kilometer. Malah lebih amannya tidak trekking dulu. Juga jangan menggunakan parfum yang terlalu menyengat.
  5. Jangan lupa pakai sunblock, topi, dan baju yang menyerap keringat. Panas banget broh disana!
  6. Jangan lupa snorkling/diving disini. TN Komodo adalah spot underwater terbaik Indonesia.
  7. Kunjungi desa komodo untuk berbaur dengan masyarakat (suku komodo). Jangan lupa membeli beberapa souvenir dari mereka untuk membantu perekonomian lokal.

Happy sustainable travel!

23 COMMENTS

  1. Wira, waktu aku ke sana dulu, Komodo justru lebih gersang dibanding Rinca. parah lho. etapi ya, kok kamu ngetripnya sama personel2 One Direction yang oenyoe2 gitu sih? hehe…

    • wahahaha masa iya? di komodo justru banyak pohon waktu itu. Ehmmm kalo aku bilang oenyoe ntar dibilang m*ho lagi :p

      emang waktu itu jadi warga lokal sendiri, tapi ada juga kok cewe korea yang oenyoe, sayang sama pacarnya haha :))

  2. wir sumpah wir aye baru ngeh di foto yang terakhir di blog ini bule yg kaos putih di kanan itu adalah bule yang ketemu aye di gili trawangan waktu trip snorkling bareng.

    ajaib hahahahahaha sayangnya ga sempet foto2.
    dia bule itu yg di kerjain sama kapiten kapal wakakakaka

  3. Mas Wir, jadi nggak berkunjung ke Desa Komodonya ? Padahal dari semua itin yang saya kunjungi Nov 2012 yg lalau, desa inilah yg memberi kesan yg dalam pada saya. Apalagi di sana ada kursus Inggris Lurus ( istiah warga lokal ) g jadi ” bonus ” bagi trip kami. Nanti akan saya tulis di blog saya ( sekarang lagi ribet dgn kerjaan ). Btw , thanks atas foto-fotonya yg keren habis.

  4. Mas Wira, selamat ya menjadi salah satu pemenang Terios7Wonders. Incredible journey!
    Saya cuma sampe di 25 nominasi tapi bersyukur banget lewat kompetisi itu malah jadi kenal teman2 travel blogger sekeren Mas Wira. Tulisannya mengalir indah, seindah kesan yang dituliskan. Foto2nya luar biasa!

    Saya penggemar jalan2 tapi cuma amatiran :)) Mampir mas di blog saya : http://travelerien.com *jyaaaah promosi :p

  5. Hallo kak wira, mau nanya, travel yang kakak pake travel mana ya? dan pernajalan ini berapa hari? terima kasih kak
    im looking forward to visit flores soon hehe

Bagaimana menurutmu? Silakan tinggalkan komentar dibawah ini ya! :')